
Quote:
Sepak terjang AS terhadap persoalan nuklir Iran, seolah ingin menunjukkan pada dunia bahwa negara adidaya itu sangat peduli dengan keamanan dunia yang terancam dengan adanya persenjataan nuklir. Tudingan AS bahwa program nuklir Iran berbahaya karena akan digunakan untuk membuat senjata nuklir, membuat dunia internasional tutup mata dan lengah, bahwa AS sendiri sebenarnya sedang mengembangkan program nuklirnya dan menargetkan hasil ratusan hulu ledak nuklir tiap tahunnya. Begitu juga dengan sekutu dekatnya Israel, program nuklir negara ini bahkan tidak pernah diributkan AS seperti AS meributkan program nuklir Iran. Sejumlah sumber menyebutkan program nuklir AS dan Israel, jelas-jelas ditujukan untuk pertahanan yang artinya cenderung digunakan untuk membuat senjata pemusnah massal bukan untuk tujuan damai. Artikel ‘Perang Nuklir di Ambang Mata, Mengungkap Kekuatan Nuklir AS dan Israel’ ini, mencoba mengungkap sejauh mana AS dan Israel sudah mengembangkan kekuatan nuklirnya, apa agenda tersembunyi mereka, termasuk kisah dramatis seorang ilmuwan nuklir Israel membongkar skandal nuklir negaranya. Karena panjangnya artikel ini, maka kami akan menyajikannya secara bersambung setiap hari. Semoga memberi pencerahan bagi kita semua, bahwa ada ancaman besar bagi umat manusia bernama nuklir, jika penggunaannya diselewengkan dan berada ditangan pihak-pihak yang salah dan berambisi untuk menguasai dunia. Akhir kata, selamat membaca….. Program Nuklir AS, Targetnya 500 Hulu Ledak Nuklir per Tahun ![]() Jika dihitung-hitung, tak ada negara yang begitu besar menyumbangkan kerusakan dan kehancuran kehidupan manusia seperti Amerika. Salah satu sumbangannya adalah, selain perang, pembangunan fasilitas nuklir terbesar di dunia. Sejak peristiwa 11 September, Amerika seolah harus mengamankan dirinya seaman mungkin. Paman Sam harus memberangus setiap kemungkinan yang bisa mengancam dirinya. Persenjataan pun dikembangkan sekuat mungkin dan secanggih-canggihnya. Dan nuklir menjadi salah satu pilihan yang tak bisa dihindarkan. Sebuah tempat di wilayah Nevada hingga terusan sungai Savannah di South Carolina bisa jadi kini adalah daerah paling berbahaya. Pasalnya, nama daerah ini disebut-sebut akan menjadi kompleks percobaan senjata nuklir yang mulai digencarkan kembali oleh Presiden Goerge W. Bush. Proposal yang diajukan oleh Bush pada kongres Amerika tersebut tak tanggung-tangung besarnya. Senilai 320 juta dolar Amerika atau sama dengan hampir 280 milyar rupiah, dianggarkan untuk pembangunan sumber plutonium baru. Ini belum termasuk 40 juta dolar yang ditujukan untuk pembangunan pabrik yang diharapkan akan menghasilkan 500 rudal berhulu ledak nuklir setiap tahunnya. Ditambah dana sebesar 135 juta dolar untuk produksi tritium, salah satu bahan nuklir yang sudah lebih dari dua dekade terakhir tak lagi diproduksi oleh dunia. Menurut salah seorang pengamat teknologi nuklir yang juga seorang ilmuwan, Robert Civiak, pemerintahan Amerika setidak-tidaknya akan mengeluarkan dana sebesar 2,5 trilyun dolar mulai tahun 2001 hingga tahun 2008 untuk program nuklirnya. “Setidaknya pemerintah Amerika, dengan dana sebesar itu, ingin memproduksi 500 pucuk hulu ledak nuklir setiap tahunnya,” ujar Civiak menganalisa. Lebih lanjut Civiak mengatakan, jika hal itu terjadi, maka Amerika telah melanggar Perjanjian Moskow yang berisi tentang pembatasan jumlah produksi senjata nuklir dengan Rusia. Perjanjian Moskow yang telah disepakati dengan Rusia tersebut telah menghancurkan sekitar 60% senjata nuklir di seluruh dunia. Kebijakan Nuklir AS: Menyerang Daripada Diserang ![]() Percobaan nuklir sebenarnya telah dilarang oleh dunia internasional sejak tahun 1992. Bahkan, pascaPerang Dingin, sebagian besar fasilitas produksi nuklir besar di dunia telah ditutup. Salah satu yang dimiliki oleh Amerika di Rocky Falts, Denver misalnya telah resmi dibekukan. Begitu juga beberapa fasilitas nuklir milik Uni Soviet. Namun menurut kabar yang beredar, sejak peristiwa September 2001 pemerintahan Bush telah mengaktifkan kembali, bahkan mengeluarkan izin percobaan nuklir bawah tanah beberapa waktu lalu. Tuduhan ini ditampik oleh salah seorang pejabat Badan Keamanan Nuklir Amerika, Linton Brooks. Meski menampik, pihak Badan Keamanan Nuklir Amerika mengakui bahwa saat ini sedang digodok kembali ide-ide pengembangan nuklir. “Masa depan tak pernah bisa diprediksi, dan kami harus siap memberikan respon yang cukup,” ujar Brooks dalam wawancaranya dengan The Cronicle. Ia menegaskan bahwa rencana pengembangan nuklir ini tak pernah melanggar kesepakatan dalam Perjanjian Moskow. Menurut Brooks fasilitas yang dibangun tersebut hanya untuk merawat dan memelihara senjata nuklir yang sudah ada saja. Pada era pemerintahan Presiden Bill Clinton, budget pengeluaran untuk persenjataan nuklir Amerika mencapai angka yang paling rendah dan tak ada percobaan nuklir yang dilakukan. Dalam sebuah laporannya, majalah Atomic Scientist menyebutkan, badan atom Amerika hanya menghabiskan hari-harinya untuk merawat dan memelihara potensi nuklir yang mereka miliki, tanpa pengembangan sedikitpun. Sebelum Perjanjian Moskow, Amerika Serikat mempunyai tak kurang dari 10.650 hulu ledak nuklir. Lewat perjanjian tersebut, jumlah nuklir Amerika berkurang menjadi hanya 2.200 hulu ledak saja. Memasuki tahun 2012 nuklir Amerika diharapkan hanya 1.700 hulu ledak saja. Tapi sepertinya, rencana tersebut akan gagal total di bawah pemerintahan George Bush yang mencoba membangun kembali, bahkan lebih besar fasilitas nuklir yang dimiliki oleh Amerika. Penandatanganan izin proyek nuklir pertama terjadi pada Januari tahun ini. Dalam kebijakan baru yang yang dikeluarkan oleh Departemen Pertahanan, Pentagon disebutkan, Amerika tak bisa hanya memelihara senjata nuklir dan melakukan balasan jika terjadi serangan. Tapi lebih jauh dari itu, militer Amerika harus membangun fasilitas nuklir untuk kebijakan pre-emptive, menyerang daripada diserang oleh negara-negara yang dianggap berbahaya. Tak hanya membangun nuklir, Pentagon juga menyiapkan perangkat lain yakni pembangunan bunker nuklir untuk generasi mendatang. Anggota Senat Amerika di Komisi Pelayanan Persenjataan, awal Mei lalu menyetujui proposal penelitian senilai 15,5 juta dolar untuk persiapan pembangunan bunker anti nuklir. Tak jelas sebesar apa potensi nuklir yang kini dimiliki oleh Amerika Serikat. Namun, pada tahun 1999, Departemen Energi Amerika mengatakan bahwa Amerika saat itu mempunyai 12.000 plutonium yang tersimpan aman di Plantex, sebuah pabrik kimia yang berada di Amarillo, Texas. Tak hanya itu, disebutkan pula di lembaga penelitian Oak Ridge Reservation di Tennessee, sekitar 200 ton uranium telah diproduksi. Diperkirakan, Amerika saat ini memiliki lebih dari angka yang pernah tercatat dalam majalah Atomic Scientist pada tahun 1999 tersebut. |













